Kamis, 19 Januari 2017

A.    Tujuan Investasi dalam Efek
Efek atau dalam istilah bahasa inggris disebut security adalah merupakan suatu surat berharga yang bernilai serta dapat diperdagangkan .
Perusahaan dapat menggunakan dananya untuk membeli investasi dalam bentuk efek dengan tujuan memperoleh bunga ataupun keuntungan dari nilai jual, selain itu investasi tersebut digunakan untuk menjaga likuiditas perusahaan.[1]
Selain itu perusahaan dapat menggunakan dananya untuk membeli efek atau unsur-unsur surat berharga. Pembelian efek dilakukan dengan tujuan untuk menjaga likuiditas atau tujuan untuk mendapatkan pendapatan dari dana yang ditanamkan dalam efek.[2]
Adapun efek yang dibeli bertujuan untuk mendapatkan pendapatan dan efek tersebut akan dipertahankan untuk jangka waktu panjang, merupakan investasi jangka panjang.
Bentuk – bentuk efek dalam rangka investasi jangka panjang adalah:
1. Obligasi
2. Saham preferen (saham istimewa)
3. Saham biasa[3]
B.     Obligasi
Obligasi merupakan suatu jenis hutang atau surat kesanggupan bayar jangka panjang, yang dikeluarkan oleh peminjam, yang berjanji membayar ke pemegangnya dengan jumlah bunga yang tetap setiap tahunnya. Namun, ada berbagai jenis obligasi, yaitu :
1.      Surat hutang
2.      Surat hutang subordinasi
3.      Hipotek
4.      Obligasi euro
5.      Obligasi tanpa bunga dan kupon obligasi sangat rendah
6.      Obligasi junk bond[4]
Ketika perusahaan (debitur) menerbitkan obligasi, harga yang dimana pembeli (kreditur) bersedia membayarnya tergantung pada: (1) nilai nominal obligasi; (2) bunga yang akan dibayar atas utang obligasi; (3) tingkat suku bunga pasar; dan (4) lamanya umur obligasi.[5]
Tujuan utama dari analisis efek dalam penilaian obligasi yaitu untuk mengetahui “Rate Of Return” atau “Yield” yang diharapkan dari obligasi tersebut. Besarnya rate of return yang akan dipertahankan sampai hari jatuh temponya dapat dihitung dengan:

Dimana :
C         = Bunga tahunan dalam rupiah
F          = Harga nominal dari obligasi atau jumlah yang akan diterbitkan
P          = Harga pasar
n          = Umur obligasi

Contoh :
Suatu obligasi memiliki nilai nominal Rp 25.000, mempunyai harga pasar Rp. 15.000, dan mempunyai umur ekonomis 5 tahun dan membayarkan coupon sebesar 6% setiap tahunya. Berapa besar rate of return dari obligasi tersebut jika obligasi akan dipertahankan sampai hari jatuh temponya ??
Jawab     :          
                                                       
                                                        
Penentuan Nilai Obligasi
Nilai obligasi didasarkan pada tingkat bunga yang sedang berlaku. Namun apabila obligasi tersebut tidak memiliki masa jatuh tempo , maka nilai obligasinya dapat ditentukan dengan mengkapitalisasikan bunga tahunan atas dasar tingkat bunga yang berlaku pada saat itu.
Dimana :
R         = Bunga tahunan
I           = Discount rate
Contoh :
Obligasi yang tidak mempunyai hari jatuh tempo, memiliki nilai nominal Rp 25.000 dan bunga setiap tahunnya Rp 5.000. Tingkat bunga yang berlaku 5%. Berapa nilai obligasi tersebut berdasarkan kondisi pasar pada waktu ini ?
Jawab :     

C.    Saham Preferen
Saham prefern seringkali disebut surat berharga hybrid, karena memiliki banyak karakteristik baik dari saham biasa maupun obligasi. Saham preferen sama seperti saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo deviden tidak dapat mengurangi pembayaran pajak. Akan tetapi, saham preferen serupa dengan obligasi yang memberikan deviden dalam jumlah yang tetap.
Adapun karakteristik saham preferen, yaitu sebagai berikut:
1.      Berbagai tingkat saham preferen
2.      Klaim saham preferen terhadap aset dan penghasilan
3.      Deviden komulatif
4.      Persyaratan perlindungan (proteksi)
5.      Konvertibiltas
Ciri lainnya yaitu meliputi:
1.      Tarif saham preferen yang dapat disesuaikan
2.      Keikutsertaan/partisipasi
3.      Payment in kind-PIK[6]
Besarnya Rate of Return dari saham preferen dapat ditentukan dengan rumus :

Rate of Return  =  deviden per lembar saham preferen[7]
                                               Harga Pasar

Persamaan untuk menetapkan nilai sebuah saham preferen (Vps) sebagai berikut:
Contoh :
Pada tahun 2009 PT ABC mengeluarkan saham preferen dengan nilai nominal Rp 10.000 dan membayarkan deviden tahunan Rp 600 dengan harga pasar Rp 900. Pada saat ini perusahaan tersebut sudah berkembang dan tingkat bunga yang berlaku saat ini 6,2%. Tentukan rate of return dan nilai dari saham preferen tersebut !
Jawab :
Rate of return = Rp 600
                           Rp 900
                        = 66, 67%

Nilai saham preferen = Rp 600
                                       0,062
                                    = Rp 9.677[9]

D.    Saham Biasa
Saham biasa mewakili kepemilikan dalam perusahaan. Pemegang obligasi dapat anggap sebagai kreditur, sementara saham biasa adalah pemilik perusahaan. Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo, tetap ada selama perusahaan ada. Juga tidak mempunyai batas terhadap pembayaran deviden. Pembayaran deviden harus diumumkan oleh dewan direksi perusahaan sebelum  dibayarkan. [10]
Tujuan dari analisa investasi pada saham biasa adalah mengetahui “Rate of return” dari saham tersebut yang berasal dari deviden plus capital gains.

Rate Of  Return          =          D1 + P1 – P0
                                                        P0

Contoh :
Suatu saham biasa dibeli dengan harga Rp 10.000. pemodal mengharapkan cash deviden tahun depan sebesar Rp 500 dan mereka juga mengharapkan bahwa pada akhir tahun pertama seham tersebut akan dapat dijual dengan harga Rp 10.500. Tentukan rate of return yang diharapkan dari saham tersebut ?
Jawab :
Rate of return = Rp 500 + (Rp 10.500 – Rp 10.000)
                                              Rp 10.000
                        = 10 %
Rate of return yang diharapkan dari saham sebesar 10 % terdiri atas :
§  Unsur pendapatan yang berasal dari deviden 5 %
§  Unsur pendapatan dari capital gain 5%

Penentuan rate of return tersebut lebih sulit karena :
1.  Forecasting dari pendapatan deviden dan harga saham di waktu yang akan datang merupakan hal yang sulit
2.  Pendapatan dan deviden saham biasa diharapkan meningkat setiap tahunnya dan tidak tetap konstan.
Nilai investasi dari selembar saham biasa tergantung pada :
1. Jumlah pendapatan dalam rupiah yang diharapkan
2. Besarnya deviden yang diterima oleh investor
3. Ending price dari saham biasa ( harga permulaan + capital gain atau – capital loss).
Setelah didapat data mengenai besarnya cash deviden yang diharapkan dari suatu saham serta daa mengenai rate of return yang diharapkan oleh pemodal dan estimasi harga saham pada akhir tahun pertama, maka kita dapat memperkirakan harga saham tersebut pada waktu saat ini dengan rumus :
P0 = D1 + P1
            1 + r
Contoh :
Suatu saham akan memberikan cash deviden tahun depan sebesar Rp 600 dan diperkrakan harga pada akhir tahun depan adalah Rp 10.500, sedangkan rate of return yang diharapkan oleh pemodal adalah 12 %, maka harga saham pada waktu ini adalah?
Jawab
P0 = Rp 600 + Rp 10.500
            1 + 0,12
    =  Rp 11.100
            1,12
    = Rp 9.910
Jika diramalkan suaru trend pertumbuhan deviden dengan tingkat pertumbuhan, maka menentukan harga awal saham tersebut dengan :
P0 =  D1
        r – g
Contoh
Berapa harga pasar suatu saham pada waktu ini yang akan memberikan deviden pada akhir tahun pertama sebesar Rp 3.000 dan mempunyai laju pertumbuhan deviden sebesar 6% per tahun, sedangkan tingkat pendapatan yang diinginkan untuk saham tersebut 16% ?
Jawab :
P0 = Rp 3.000
       0,16 – 0,06
     = Rp 30.000
Jika pertumbuhan deviden yang akan berlangsung secara kontinyu maka rate of return dapat ditentukan dengan :
Contoh
Berapa rate of return dari suatu saham yang akan memberikan deviden pada akhir tahun pertama sebesar Rp 2.500 dan harga pasar saham tersebut pada waktu ini sebesar Rp 20.000 dan deviden tersebut mempunyai laju pertumbuhan sebesar 6 % pertahun.
Jawab :
r  = Rp 2.000     + 6%
     Rp 20.000
 = 18,5 %[11]



                [1] http://chumyelith.blogspot.co.id/2010/06/investasi-dalam-efek.html, diakses pada Rabu, 14 Oktober 2015 Pukul 11:30
                [2] http://storyoedhie.blogspot.co.id/2012/10/investasi-dalam-efek.html, diakses pada Rabu, 14 Oktober 2015 Pukul 11:25
                [3] http://ualqusyaery.blogspot.co.id/2012/03/12.html, diakses pada Rabu, 14 Oktober 2015 Pukul 15:14
                [4] Arthur J Keown dkk, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid I, (Jakarta: PT indeks, 2008), hal 232
                [5] Hery dan Wydiawati Elok, Akuntansi Keuangan Menengah 2, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal 54
                [6] Arthur J Keown dkk, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan..., hal 266
                [7] http://chumyelith.blogspot.co.id/2010/06/investasi-dalam-efek.html, diakses pada Rabu, 14 Oktober 2015 Pukul 11:30
                [8] Arthur J Keown dkk, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan..., hal 282
                [9] http://chumyelith.blogspot.co.id/2010/06/investasi-dalam-efek.html, diakses pada Rabu, 14 Oktober 2015 Pukul 11:30
                [10] Arthur J Keown dkk, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan..., hal 273
                [11] http://chumyelith.blogspot.co.id/2010/06/investasi-dalam-efek.html, diakses pada Rabu, 14 Oktober 2015 Pukul 11:30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar