Kamis, 19 Januari 2017

PEREKONOMIAN TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH

A.    Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup tanpa Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Konvensional
Dalam pembahasan perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran, perekonomian suatu negara dapat digolongkan atas[1]:
1.      Perekonomian tertutup (closed ekonomi) yang meliputi atas perekonomian sederhana (perekonomian dua sektor dan perekonomian tiga sektor
2.      Perekonomian terbuka (opened ekonomi)
Perekonomian dua sektor, yaitu perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan pemerintah.[2] Dimana pengeluaran rumah tangga konsumen yang biasa disebut dengan consumption (C) dan pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga prodesen (firm) yang biasanya disebut dengan investment (I).
Keseimbangan  perekonomian sederhana atau dua sektor dapat dituliskan dengan notasi berikut.
Y= C+I
Persamaan ini mencerminkan kondisi antara output dan input yang diproduksi (Y) sama dengan output  yang dijual (C+I).
Jika bagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan untuk menabung (saving atau diberi notasi S), maka dapat dituliskan bentuk identitas berikut.
Y= C+S
Sehingga dapat digabungkan menjadi:
C+I = C+S
Mencerminkan komponen penerimaan (C+S) sama dengan komponen pengeluaran (C+I). Persamaan dapat dirumuskan kembali untuk melihat hubungan antara tabungan dan investasi. Dengan mengurangi konsumsi dari setiap sisi dari persamaan sehingga diperoleh:
I= Y-C= S
Persamaan menunjukan bahwa dalam perekonomian sederhana tabungan identik denggan pendapatan dikurangi konsumsi.[3]
B.     Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional
Definisi dari fungsi konsumsi dan tabungan, yaitu:
1.      Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga  dalam perekonomian  dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.
2.      Fungsi tabungan  adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan  di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.[4]
Dalam perhitungan pendapatan nasional, pendekatan yang dihasilkan rumah tangga konsumen (household) merupakan sisi pendapatan sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga (household) merupakan sisi pengeluaran.
Menurut Keynes, konsumsi merupakan fungsi pendapatan  (C= f(Y)) yang dalam bentuk persamaan  dapat ditulis sebagai berikut:
C= a+bY
Di mana:
C = besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga
a = besarnya konsumsi yang tidak tergantung pada jumlah pendapatan atau konsumsi jika tidak ada pendapatan (autonomous consumption).
b = marginal propensity to consume (MPC=C/Y) atau hasrat marginal dari masyarakat untuk melakukan konsumsi.
Y = pendapatan disposible (pendapatan yangg siap digunakan untuk mengonsumsi) a > 0 dan 0 < b < 1
Fungsi Keynes dapat digambarkan pada sebuah kurva sebagai berikut





Berdasarkan gambar di atas jika terjadi  kenaikan Y1 ke Y2 atau sebesar (Y) akan mengakibatkan  kenaikan konsumsi sebesar C1 ke C2 atau sebesar C, terlihat pula porporsi pendapatan  lebih besar dibandingkan proporsi kenaikan konsumsi.[5]
Terkait dengan model fungsi konsumsi yang dikemukakan Keynes tersebut, kemudia muncul beberapa pandangan  yang mengomentari fungsi  konsumsi yang dikemukakan Keynez antata lain dapat (Mankiw, 2000) sebagai berikut:
1.      Franco Modigliani dengan Hipotesis Daur Hidup (life cycle  hyphothesis)
Modigliani menekankan bahwa tingkat pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan dapat  menggerakan pendapatan dari masa hidupnya. Fungsi konsumsi yang ditawarkan Modigliani sebagai berikut:
C = (W + RY)/T
Dimana:
W = kekayaan
Y = pendapatan
T = periode lama hidup
R = masa pensiun
2.      Milton Friedman dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (permanent income hyphothesis)
Menurut Friedman pendapatan (Y) merupakan penjumlahan antara pendapatan permanen (YP) dan pendapatan transitoris (YT). Yang dimaksud dengan  pendapatan permanen adalah bagian pendapatan yang diharapkan orang untuk terus bertahan di masa depan. Sedangkan pendapatan transitoris adalah bagian dari pendapatan yang tidak diharapkan terus bertahan. Lebih lanjut Friedman menyatakan konsumsi seharusnya bergantung pada pendapatan permanen sehingga persamaan  untuk fungsi konsumsi  dapat dinyatakan dengan persamana sebagai berikut:
C = a YP
Dimana:
a = bagian dari pendapatan permanen yang dikonsumsikan
YP = pendapatan permanen[6]
C.    Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional
Investasi yaitu sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah  kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.[7]
Fungsi investasi dapat dinyatakan dalam formasi:
Dimana: I = tingkat investasi
               i = tingkat suku bunga
               r = tingkat pengembalian sebagai indikator dari keuntungan
               Q= produk nasional bruto
               T= perubahan teknologi yang mempengaruhi permintaan investasi[8]
Ada tiga bentuk pengeluaran investasi[9], yaitu:
1.      Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yiatu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2.      Investasi residensial (residential investment), yaitu pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan lainnya.
3.      Investasi persediaan (inventory investment) yaitu berupa pertambahan nilai-nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir  tahun perhitungan pendapatan nasional.[10]
Dalam membuat fungsi persamaan untuk investasi dengan pendekatan sederhana dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.      Mengansumsikan bahwa investasi bersifat autonomous atau tidak dipengaruhi oleh variabel lain.
2.      Selain investasi bersifat autonomous, maka terdapat pula investasi yang dipengaruhi oleh variabel suku bunga atau interest (i).[11]
Faktor yang menentukan investasi yaitu, sebagai berikut:
1.      Perkembangan teknik, yang membuka kemungkinan cara-cara produksi baru, dengan alat-alat, mesin-mesin dan teknologi yang baru.
2.      Kenaikan pendapatan masyarakat, yang berarti kenaikan permintaan efektif masyarakat.
3.      Pertambahan penduduk,  yang menyebabkan pasar (potensial) bertambah besar.
4.      Pandangan para pengusaha tentang perkembangan pasar atau permintaan masyarakat, perkembangan harga-harga dan laba yang akan dapat diperoleh.
5.      Hal yang ternyata berpengaruh besar adalah “iklim usaha”, yang tergantung dari dan diwarnai situasi politik, keamanan dalam negeri, kestabilan harga, ada tidaknya kepastian hukum, desas desus tentangkan adanya devaluasi atau tindakan moneter, dan faktor sosio budaya lainnya.
6.      Tersedia kredit dari pemakai dan pasar modal
7.      Untuk pemerintah: rencana pembangunan yang telah disusun dan prioritas yang telah ditetapkan oleh pemrintah/Bappenas/DPR
8.      Utuk investor dari luar negeri: daya tarik karena harapan akan laba (asal dan selama kestabilan politik dan keamanan modalnya terjamin).[12]



[1] Nurul Huda, et al., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2008) hal 35
[2] Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar¸ (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011) hal 107
[3] Nurul Huda, et al., Ekonomi Makro Islam......hal 35-36
[4] Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar...... hal 116
[5] Nurul Huda, et al., Ekonomi Makro Islam......hal 36-37
[6] Ibid, hal 38-39
[7] Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar...... hal 121
[8] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,  2008) hal 295
[9] Nurul Huda, et al., Ekonomi Makro Islam......hal 46
[10] Ibid, hal 46-47
[11] Ibid, hal 47
[12] Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, (Yogyakarta: Kanisius, 2004) hal 99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar