A. Pengertian Variabel Penelitian
Menurut
Pengestu Subagyo dan Djarwanto dalam bukunya yang berjudul Statistika Induktif variabel adalah konsep yang
mempunyai variabel nilai di mana minimal
dapat dibedakan dalam dua atribut, misalnya variabel
jenis kelamin yang dipisahkan ke
dalam atribut laki-laki dan perempuan.[1]
Sedangkan menurut Syofian Siregar dalam bukunya yang
berjudul Statistika Deskriptif untuk Penelitian, variabel adalah konstruk yang
sifat-sifatnya telah diberi angka (kuantitatif) atau juga dapat diartikan variabel adalah konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai, berupa kuantitatif maupun
kualitatif yang dapat berubah-ubah nilainya.[2]
Jadi variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.
Contoh:
1.
Badan~ konsep
Punya variasi: tinggi badan, bentuk badan, berat badan
2.
Penduduk~konsep
Punya variasi: usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan
lain-lain
B.
Macam-macam
Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
1.
Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
input, prediktor, dan antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai
variabel bebas.. variabel bebas adalah
variabel yang menjadi sebab timbulnya
atau berubahnya varaibel dependen
(varaibel terikat). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi.[3]
Variabel
penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini diantaranya menyangkut
dimensi kualitas, dimana kualitas adalah keseluruhan kesan yang diterima
konsumen berdasarkan leaflet dan iklan-iklan promosi lainnya yang diberikan
oleh pihak pengembang yang diukur berdasarkan hasil yang sesungguhnya diterima
oleh konsumen dengan menggunakan indikator sebagai berikut :
a. Spesifikasi Ruko ( X1 )
Spesifikasi
ruko ini merupakan wujud berupa fisik bangunan dari apa yang telah ditawarkan
oleh pengembang kepada konsumen.
b. Fasilitas Penunjang ( X2 )
Fasilitas
penunjang merupakan kelengkapan yang ada disekitar komplek ruko, yang
ditawarkan berdasar promosi dari pengembang.
c. Lokasi Bangunan Ruko ( X 3 )
Lokasi
bangunan ruko merupakan salah satu faktor konsumen memilih sebuah ruko,
tentunya dengan alasan masing-masing konsumen.[4]
2.
Variabel dependen
Sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya varaibel bebas.[5]
Antara
variabel independen dan dependen, masing-masing tidak berdiri sendiri tetapi selalu
berpasangan. Contoh :
Kepemimpinan
dan produktivitas kerja
Ø Kepemimpinan
: variabel independen
Ø Produktivitas
kerja : variabel dependen
3.
Variabel Moderator
Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Sekali lagi,
memperkuat atau memperlemah. Variabel moderaot juga sering disebut
sebagai varaibel bebas kedua.[6]
Contoh,
hubungan antara kemampuan dan produktivitas kerja akan semakin tinggi bila, etos kerja tinggi,
dan hubungan antara kemampuan dan produktvitas kerja akan semakin rendah bila
etos kerja rendah. Etos kerja sebagai variabel moderator
4.
Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang menjadi media
pada suatu hubungan antara variabel
bebas dan varaibel terikat.[7]
Contoh, kualitas pelayanan dengan
loyalitas pelanggan. Yang menjadi media antara kedua variabel tersebut adalah
variabel kepuasan pelanggan.
5.
Variabel Kontrol
Variabel ini ditetapkan oleh peneliti, jika peneliti
ingin mengontrol supaya variabel di luar yang diteliti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat,
atau ingin melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.[8]
Contoh, membandingkan kinerja petugas pemasaran
antara lulusan SMA dan SMK. Untuk
bisa membandingkan kinerja kedua lulusan
sekolah itu maka peneliti harus menetapkan variabel kontrolnya. Dalam
hal ini, variabel konntrolnya adalah pekerjaan yang dikerjakan, alat untuk
mengerjakan, pengalaman kerja, iklim kerja organisasi dimana pegawai tersebut
harus sama.
C.
Korelasi antar Variabel
Pada hakikatnya inti dari setiap
kegiatan penelitian ilmiah adalah mencari hubungan antar variabel. Hubungan
yang paling dasar adalah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen (X dengan Y).
1.
Korelasi simetris
Korelasi
simetris terjadi bila antar dua variabel terdapat hubungan, tetapi tidak ada
mekanisme pengaruh- mempengaruhi; masing- masing bersifat mandiri. Korelasi
simetris terjadi karena:
a.
Kedua
variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama. Pada suatu saat orang
bersuara sendu,kemudian mengeluarkan air mata, tandanya ia menangis. Namun
tidak dapat dikatakan bahwa seseorang mengeluarkan air mata menyebabkan ia
bersuara sendu atau sebaliknya.
b.
Kedua
variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.contoh: hubungan antara berat
badan dan tinggi badan, keduanya merupakan variabel terikat dari variabel bebas
yaitu “pertumbuhan”.
c.
Kedua
variabel berkaitan secara fungsional. Berkembangnya hypermarket di suatu
wilayah, secara fungsioanl mematikan toko-toko kecil
disekitar hypermarket.
d.
Kedua
variabel mempunyai hubungan yang kebetulan semata. Kenaikan gaji dosen dengan
turunnya hujan deras.
2.
Korelasi
asimetris
Korelasi
asimetris ialah korelasi yang mendiskripsikan antara dua variabel dimana
variabel yang satu bersifat mempengaruhi variabel yang lain (variabel bebas dan
variabel terikat)
a.
Hubungan
antara stimulus dan respons
Hubungan ini
menjelaskan variabel stimulus memberikan pengaruh terhadap variabel respons,
dan kemudian variabel respons memberikan reaksi terhadap stimulus
tersebut. Hubungan yang demikian itulah merupakan salah satu hubungan yang
lazim dilakukan oleh para ahli dalam penelitian kuantitatif. Contonya, seorang
insinyur pertanian mengamati adanya pengaruh pupuk terhadap buah yang
dihasilkannya; seorang psikolog meneliti pengaruh kerasnya musik terhadap
tingkah konsentrasi. Seorang pendidik mengamati pengaruh metode mengajar
terhadap prestasi belajar para siswa.
b.
Hubungan
antara disposisi dan respon
Disposisi
adalah kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu dalam situasi tertentu,
bila ‘stimulus” datangnya pengaruh dari luar dirinya, sedangkan “disposisi”
berada dalam diri seseorang. Contoh: Sikap kebiasaan, nilai, dorongan,
kemampuan, dan lain sebagainya. Suatu respon sering diukur dengan mengamati
tingkah laku seseorang, misalnya: pemakaian konstrasepsi, migrasi, perilaku
inivasi dan sebagainya.
c.
Hubungan
antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku
Ciri di sini
adalah sifat individu yang relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi
lingkungan, seperti seks, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan, dan lain-lain.
d.
Hubungan
antara prekondisi yang perlu dengan akibat tetentu
Contoh: agar
pedagang kecil dapat memperluas usahanya diperlukan antara lain persyaratan
pinjaman bank yang lunak, hubungan antara kerja keras dengan keberhasilan
jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh.
e.
Hubungan
yang imanen antara dua variable
Di dalam
hubungan ini terdapat jalinan yang erat antara variabel satu dengan variabel
yang lain. Jelasnya: apabila variabel yang satu berubah, maka variabel yang
lain ikut berubah. Contonya hubungan antara semakin besarnya suatu organisasi
dengan semakin rumitnya peraturan yang ada, jumlah lulusan sekolah keguruan
yang terus bertambah dengan tidak diikuti oleh bertambahnya jumlah sekolah
baru, akan mengakibatkan jullah pengangguran bagi lulusan sekolah keguruan.
f.
Hubungan
antara tujuan dan cara
Contonya:
penelitian tentang hubungan antara kerja keras dan keberhasilan. Jumlah jam
belajar dengan nilai yang diperoleh pada waktu ujian, hubungan antara cinta
orang tua terhadap anak dan cara ia mendidik anak tersebut.
3.
Korelasi
timbal- balik
Korelasi
timbal-balik adalah korelasi antara dua variabel yang saling pengaruh –
mempengaruhi. Contoh : misalnya siswa yang biasa belajar teratur akan
meraih prestasi tinggi, karena berprestasi tinggi menyebabakan siswa diterima
di perguruan tinggi. Memiliki buku adalah investasi dan akan mendatangkan
keuntungan, karena pada gilirannya hasil dari membaca buku dan menulis dapat
digunakan untuk membeli buku lain. Penanaman modal akan mendatangkan
keuntungan, dan pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan penanaman modal. [9]
D.
Pengukuran Variabel
Pengukuran merupakan keniscayaan
dalam penelitian ilmiah, karena pengukuran itu merupakan jembatan untuk sampai
pada observasi. Penelitian selalu mengharuskan pengukuran variabel dalam relasi
yang dipelajarinya. Pengukuran variabel itu ada yang mudah, seperti konsep
‘jenis kelamin’, dan ada yang sulit, seperti konsep inteligensi. Pengukuran
variabel merupakan tahap awal dari kegiatan pengukuran dalam penelitian.
Mengukur adalah sebuah proses
kuantifikasi, karena itu setiap kegiatan pengukuran berkaitan dengan jumlah,
dimensi atau taraf dari sesuatu obyek/gejala yang diukur. Hasil dari pengukuran
itu biasanya dilambangkan dalam bentuk bilangan. Posedur
pengukuran variabel dimulai dari pembuatan definisi operasional konsep
variabel. Kerlinger mengungkapkan, bahwa definisi operasional itu melekatkan
arti pada suatu konsep variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau
tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur suatu konsep variabel itu. Atau
dengan ungkapan lain, definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasaikannya.
Suatu contoh definisi operasional
yang sederhana (kasar) dari konsep ‘inteligensi’ adalah skor yang dicapai
pada tes intelegensi X. Ada dua cara pembuatan definisi
operasional, terukur dan eksprimental. Definisi operasional terukur memaparkan
cara pengukuran suatu variabel, sedangkan definisi operasional eksperimental
menyebutkan rincian-rincian hal yang dilakukan peneliti dalam memanipulasi
sesuatu variabel. Contoh di atas adalah definisi oprerasional terukur,
sedangkan contoh definisi eksperimental untuk konsep ‘penguatan’ (reinforcement),dapat
diberikan dengan menyatakan secara rinci bagaimana subyek-subyek diberi penguat
(imbalan) dan tidak diberi penguat (tidak diberi imbalan) karena melaksanakan
tingkah laku tertentu.[10]
Pengukuran Variabel
Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu :
1)
Skala Nominal
Skala nominal adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang
mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota
himpunan yang lain. Misalnya :
·
Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
·
Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
·
Golongan Darah : dibedakan atas Gol. O, A, B, AB
Skala Nominal,
Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri
sendiri secara terpisah.
Dalam Skala Nominal
tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi
atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau
lebih buruk dari kategori yang lain.
2)
Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah
skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.
Skala Ordinal Adalah
Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan.
Skala Ordinal adalah
Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah
Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain
tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih
tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Contoh:
·
Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
·
Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
·
Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal
ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan
Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan
secara pasti besarnya perbedaan keparahan itu.
3)
Skala Interval
Skala Interval adalah
skala data kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas,
sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.
Dikatakan Skala Interval
bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan
lainnya dapat diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga
dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih
Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan secara Matematis,
oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat
ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut). Contoh:
·
Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas
lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu
360 Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya :
Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada
Suhu / Temperatur sama sekali).
·
Tingkat Kecerdasan,
4)
Skala Rasio = Skala Perbandingan
Skala Ratio Adalah Skala
yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya memunyai batas
yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).
Misalnya :
·
Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan
mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat
dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
Denyut Nadi : nilai 0 dalam
denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.
[1] Pangestu
Subagyo & Djarwanto, Statistika Induktif, ( Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 2006), hal 3
[2] Syofian
Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta, PT
Rajagrafindo Persada, 2014) hal 109-110
[3] Sugiyono, Statistika
untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal 3
[4] Eprints.undip.ac.id/34667/6/1734_CHAPTER_III.pdf,
diakses pada Minggu 10 April 2016 pukul 15:30
[5] Sugiyono, Statistika
untuk Penelitian….. hal 3
[6] Syofian Siregar,
Statistika Deskriptif untuk Penelitian.....hal 110
[7] Ibid, hal
111
[8] Ibid, hal
111
[9] http://evendimuhtar.blogspot.co.id/2015/07/variabel-penelitian.html, diakses pada
Minggu 10 April 2016 Pukul 15:10
[10] https://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/10/variabel-penelitian-jenis-hubungan-pengukuran/, diakses pada Minggu 10 April 2016 Pukul 15:40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar