Kamis, 19 Januari 2017

Variabel Penelitian

A.    Pengertian Variabel Penelitian
Menurut Pengestu Subagyo dan Djarwanto dalam bukunya yang berjudul Statistika Induktif variabel adalah konsep yang mempunyai variabel nilai di mana  minimal dapat dibedakan  dalam dua atribut, misalnya variabel  jenis kelamin  yang dipisahkan ke dalam atribut laki-laki dan perempuan.[1]
Sedangkan menurut Syofian Siregar dalam bukunya yang berjudul Statistika Deskriptif untuk Penelitian, variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya telah diberi angka (kuantitatif) atau juga dapat diartikan  variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai, berupa kuantitatif maupun  kualitatif yang dapat berubah-ubah nilainya.[2] Jadi variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.
Contoh:
1.      Badan~ konsep
Punya variasi: tinggi badan, bentuk badan, berat badan
2.      Penduduk~konsep
Punya variasi: usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan lain-lain
B.      Macam-macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
1.      Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor, dan antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel  bebas.. variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya  atau berubahnya varaibel dependen  (varaibel terikat). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi.[3]
Variabel penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini diantaranya menyangkut dimensi kualitas, dimana kualitas adalah keseluruhan kesan yang diterima konsumen berdasarkan leaflet dan iklan-iklan promosi lainnya yang diberikan oleh pihak pengembang yang diukur berdasarkan hasil yang sesungguhnya diterima oleh konsumen dengan menggunakan indikator sebagai berikut :
a.        Spesifikasi Ruko ( X1 )
Spesifikasi ruko ini merupakan wujud berupa fisik bangunan dari apa yang telah ditawarkan oleh pengembang kepada konsumen.
b.       Fasilitas Penunjang ( X2 )
Fasilitas penunjang merupakan kelengkapan yang ada disekitar komplek ruko, yang ditawarkan berdasar promosi dari pengembang.
c.        Lokasi Bangunan Ruko ( X 3 )
Lokasi bangunan ruko merupakan salah satu faktor konsumen memilih sebuah ruko, tentunya dengan alasan masing-masing konsumen.[4]
2.      Variabel dependen
Sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan  variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya varaibel bebas.[5]
Antara variabel independen dan dependen, masing-masing tidak berdiri sendiri tetapi selalu berpasangan. Contoh :
Kepemimpinan dan produktivitas kerja
Ø  Kepemimpinan          : variabel independen
Ø  Produktivitas kerja    : variabel dependen
3.      Variabel Moderator
Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat  atau memperlemah  hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sekali lagi,  memperkuat atau memperlemah. Variabel moderaot juga sering disebut sebagai varaibel bebas kedua.[6] Contoh, hubungan antara kemampuan dan produktivitas kerja  akan semakin tinggi bila, etos kerja tinggi, dan hubungan antara kemampuan dan produktvitas kerja akan semakin rendah bila etos kerja rendah. Etos kerja sebagai variabel moderator
4.      Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang menjadi media pada suatu  hubungan antara variabel bebas dan varaibel terikat.[7] Contoh, kualitas  pelayanan dengan loyalitas pelanggan. Yang menjadi media antara kedua variabel tersebut adalah variabel kepuasan pelanggan.
5.      Variabel Kontrol
Variabel ini ditetapkan oleh peneliti, jika peneliti ingin mengontrol supaya variabel di luar yang diteliti tidak  mempengaruhi hubungan  antara variabel bebas dan variabel terikat, atau ingin melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.[8] Contoh, membandingkan kinerja petugas pemasaran  antara lulusan  SMA dan SMK. Untuk bisa membandingkan kinerja kedua lulusan  sekolah itu maka peneliti harus menetapkan variabel  kontrolnya. Dalam hal ini, variabel konntrolnya adalah pekerjaan yang dikerjakan, alat untuk mengerjakan, pengalaman kerja, iklim kerja organisasi dimana pegawai tersebut harus sama.
C.    Korelasi antar Variabel
Pada hakikatnya inti dari setiap kegiatan penelitian ilmiah adalah mencari hubungan antar variabel. Hubungan yang paling dasar adalah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (X dengan Y).
1.      Korelasi simetris
Korelasi simetris terjadi bila antar dua variabel terdapat hubungan, tetapi tidak ada mekanisme pengaruh- mempengaruhi; masing- masing bersifat mandiri. Korelasi simetris terjadi karena:
a.       Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama. Pada suatu saat orang bersuara sendu,kemudian mengeluarkan air mata, tandanya ia menangis. Namun tidak dapat dikatakan bahwa seseorang mengeluarkan air mata menyebabkan ia bersuara sendu atau sebaliknya.
b.      Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.contoh: hubungan antara berat badan dan tinggi badan, keduanya merupakan variabel terikat dari variabel bebas yaitu “pertumbuhan”.
c.        Kedua variabel berkaitan secara fungsional. Berkembangnya hypermarket di suatu wilayah, secara fungsioanl mematikan toko-toko kecil disekitar hypermarket.
d.      Kedua variabel mempunyai hubungan yang kebetulan semata. Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.

2.      Korelasi asimetris
Korelasi asimetris ialah korelasi yang mendiskripsikan antara dua variabel dimana variabel yang satu bersifat mempengaruhi variabel yang lain (variabel bebas dan variabel terikat)
a.       Hubungan antara stimulus dan respons
Hubungan ini menjelaskan variabel stimulus memberikan pengaruh terhadap variabel respons, dan kemudian variabel respons memberikan  reaksi terhadap stimulus tersebut. Hubungan yang demikian itulah merupakan salah satu hubungan yang lazim dilakukan oleh para ahli dalam penelitian kuantitatif. Contonya, seorang insinyur pertanian mengamati adanya pengaruh pupuk terhadap buah yang dihasilkannya; seorang psikolog meneliti pengaruh kerasnya musik terhadap tingkah konsentrasi. Seorang pendidik mengamati pengaruh metode mengajar terhadap prestasi belajar para siswa.
b.      Hubungan antara disposisi dan respon
Disposisi adalah kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu dalam situasi tertentu, bila ‘stimulus” datangnya pengaruh dari luar dirinya, sedangkan “disposisi” berada dalam diri seseorang. Contoh: Sikap kebiasaan, nilai, dorongan, kemampuan, dan lain sebagainya. Suatu respon sering diukur dengan mengamati tingkah laku seseorang, misalnya: pemakaian konstrasepsi, migrasi, perilaku inivasi dan sebagainya.
c.       Hubungan antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku
Ciri di sini adalah sifat individu yang relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan, seperti seks, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan, dan lain-lain.
d.      Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tetentu
Contoh: agar pedagang kecil dapat memperluas usahanya diperlukan antara lain persyaratan pinjaman bank yang lunak, hubungan antara kerja keras dengan keberhasilan jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh.
e.       Hubungan yang imanen antara dua variable
Di dalam hubungan ini terdapat jalinan yang erat antara variabel satu dengan variabel yang lain. Jelasnya: apabila variabel yang satu berubah, maka variabel yang lain ikut berubah. Contonya hubungan antara semakin besarnya suatu organisasi dengan semakin rumitnya peraturan yang ada, jumlah lulusan sekolah keguruan yang terus bertambah dengan tidak diikuti oleh bertambahnya jumlah sekolah baru, akan mengakibatkan jullah pengangguran bagi lulusan sekolah keguruan.
f.       Hubungan antara tujuan dan cara
Contonya: penelitian tentang hubungan antara kerja keras dan keberhasilan. Jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh pada waktu ujian, hubungan antara cinta orang tua terhadap anak dan cara ia mendidik anak tersebut.

3.      Korelasi timbal- balik
Korelasi timbal-balik adalah korelasi antara dua variabel yang saling pengaruh – mempengaruhi. Contoh : misalnya siswa yang biasa belajar teratur  akan meraih prestasi tinggi, karena berprestasi tinggi menyebabakan siswa diterima di perguruan tinggi.  Memiliki buku adalah investasi dan akan mendatangkan keuntungan, karena pada gilirannya hasil dari membaca buku dan menulis dapat digunakan untuk membeli buku lain.  Penanaman modal akan mendatangkan keuntungan, dan pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan penanaman modal. [9]

D.    Pengukuran Variabel
Pengukuran merupakan keniscayaan dalam penelitian ilmiah, karena pengukuran itu merupakan jembatan untuk sampai pada observasi. Penelitian selalu mengharuskan pengukuran variabel dalam relasi yang dipelajarinya. Pengukuran variabel itu ada yang mudah, seperti konsep ‘jenis kelamin’, dan ada yang sulit, seperti konsep inteligensi. Pengukuran variabel merupakan tahap awal dari kegiatan pengukuran dalam penelitian.
Mengukur adalah sebuah proses kuantifikasi, karena itu setiap kegiatan pengukuran berkaitan dengan jumlah, dimensi atau taraf dari sesuatu obyek/gejala yang diukur. Hasil dari pengukuran itu biasanya dilambangkan dalam bentuk bilangan. Posedur pengukuran variabel dimulai dari pembuatan definisi operasional konsep variabel. Kerlinger mengungkapkan, bahwa definisi operasional itu melekatkan arti pada suatu konsep variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur suatu konsep variabel itu. Atau dengan ungkapan lain, definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasaikannya.
Suatu contoh definisi operasional yang sederhana (kasar) dari konsep ‘inteligensi’ adalah skor yang dicapai pada tes intelegensi X. Ada dua cara pembuatan definisi operasional, terukur dan eksprimental. Definisi operasional terukur memaparkan cara pengukuran suatu variabel, sedangkan definisi operasional eksperimental menyebutkan rincian-rincian hal yang dilakukan peneliti dalam memanipulasi sesuatu variabel. Contoh di atas adalah definisi oprerasional terukur, sedangkan contoh definisi eksperimental untuk konsep ‘penguatan’ (reinforcement),dapat diberikan dengan menyatakan secara rinci bagaimana subyek-subyek diberi penguat (imbalan) dan tidak diberi penguat (tidak diberi imbalan) karena melaksanakan tingkah laku tertentu.[10]
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu :
1)      Skala Nominal
Skala nominal adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain. Misalnya :
·         Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
·         Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
·         Golongan Darah : dibedakan atas Gol. O, A, B, AB
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah.
Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.
2)      Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.
Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan.
Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Contoh:
·         Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
·         Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
·         Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan keparahan itu.
3)      Skala Interval
Skala Interval adalah skala data kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.
Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan secara Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut). Contoh:
·         Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).
·         Tingkat Kecerdasan,

4)      Skala Rasio = Skala Perbandingan
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).
Misalnya :
·         Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.


[1] Pangestu Subagyo & Djarwanto, Statistika Induktif, ( Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2006), hal 3
[2] Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2014) hal 109-110
[3] Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal 3
[4] Eprints.undip.ac.id/34667/6/1734_CHAPTER_III.pdf, diakses pada Minggu 10 April 2016 pukul 15:30
[5] Sugiyono, Statistika untuk Penelitian….. hal 3
[6] Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian.....hal 110
[7] Ibid, hal 111
[8] Ibid, hal 111
                [9] http://evendimuhtar.blogspot.co.id/2015/07/variabel-penelitian.html,  diakses pada Minggu 10 April 2016 Pukul 15:10
                [10] https://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/10/variabel-penelitian-jenis-hubungan-pengukuran/,  diakses pada Minggu 10 April 2016 Pukul 15:40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar