Kamis, 19 Januari 2017

Teori Biaya Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Teori biaya merupakan kumpulan dari penalaran, gagasan, dan penjelasan lain yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan  perilaku biaya. Pertama, fokus pembahasannya adalah beban yang harus ditanggung. Kedua, perilakunnya hampir sama. Jadi apabila biaya produksi kita gunakan disini sering kali dimaksudkan juga untuk mencakup biaya pemasaran. Selanjutnya teori biaya biasanya disusun atas dasar anggapan bahwa biaya penyediaan barang bagi konsumen sebagian besar adalah biaya produksi. Apabila biaya pemasaran dibedakan dari biaya produksi dan dibahas secara terpisah, tidah akan merusak pola penalaran yang telah kita letakkan. Maka pada kesempatan kali ini pemakalah akan membahas tentang “Teori Biaya Islam” yang bertujuan untuk memahami tentang teori-teori biaya yang berdasarkan syariat Islam.
B.Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan analisis biaya?
2.      Bagaimana cara meminimalisasikan biaya untuk memproduksi jumlah yang sama?
3.      Bagaimana cara memaksimalkan produksi tanpa kenaikkan atau perubahan biaya?
C.    Tujuan
1.      Untuk memahami tentang analisis biaya
2.      Untuk mengtahui cara meminimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama
3.      Untuk mengetahui cara memaksimalkan produksi tanpa kenaikan atau perubahan biaya



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Analisis Biaya
Menurut Sudarsono biaya dalam pengertian ekonomi mempunyai pengertian ekonomi adalah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar siap dipakai konsumen[1]. Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis biaya adalah suatu teknik yang digunakan untuk membandingkan berbagai biaya yang terkait dengan investasi dan manfaat yang ingin di dapatkan.
Menurut Soeharno yang dimaksud biaya produksi yaitu semua pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa[2].  Menurut Sadono Sukirno, yang dimaksud dengan biaya produksi yaitu semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut[3].
Menurut Yoopi Abimanyu teori biaya merupakan fundamental atau framework dari teori supply karena teori biaya menentukan apakah suatu perusahaan akan berproduksi atau tidak dan berapa produksinya[4]. Menurutnya analisis teori biaya dibagi menjadi empat bagian[5], yaitu sebagai berikut:
1.           Konsep dasar
a.       Biaya fixed dan biaya variable
Dalam jangka pendek, ada input-input yang fixed. Karena input-input ini harus dibayar tanpa memperdulikan jumlah output, pembayarannya konstan. Biayanya disebut fixed cost. Contohnya angsuran hutan bulanan.  Dalam jangka panjang, semua input menjadi variabel. Biayanya disebut variabel cost. Bila output naik, input juga naik. Jadi, bila output naik, biaya variabel naik. Contohnya adalah tenaga kerja, sumber daya, atau modal.
b.      Biaya eksplisit dan biaya implisit
Biaya implist adalah jumlah yang sebenarnya bisa diterima akibat alternatif penggunaan dari waktunya sang pemilik / manajer dan dari sumber daya. Biaya mplisit harus ditambahkan kebiaya eksplisit untuk mendapatkan biaya total (total cost). Sedangkan biaya eksplisit, yaitu biaya untuk membayar tenaga kerja, modal, dan lain-lain.
2.           Konsep biaya jangka pendek
a.       Total cost jangka pendek
Short – run Total Cost = Fixed Cost + Variable Cost (dalam jangka pendek). Dalam jangka pendek terdapat input yang fixed, dimana biaya pembeliannya adalah fixed cost. Input sisanya dalah variabel dan biayanya adalah variabel cost. Jumlah total fixed dan variabel (baik eksplisit maupun implisit) adalah short – run total cost.

Kurva diatas menunjukkan kurva total cost dalam jangka pendek untuk setiap unt output dengan beberapa input yang fixed. Bila output nol, total fixed cost adalah F. Ini adalah jumlah biaya fixed input yang harus dibayar berapa pun tingkat output. Total variabel cost adalah short – run total cost dikurangi total fixed cost.
b.      Average cost dan marginal cost jangka pendek
Average Fixed Cost (AFC) =
Karena Total Fixed Cost (TFC) konstan sedangkan output (Q) terus naik, maka mula-mula nilai average fixed cost (AFC) tinggi, tapi lama kelamaan makin menurun. Bila output (Q) angat tinggi, maka nilai average fixed cost  (AFC) bisa sama-sama dengan nol.
Average Variable Cost (AVC) =


Average Total Cost (ATC) =  = AFC + AVC
Average total cost mencapai minimum pada saat output mencapai Q3, dimana Q3 lebih besar dari Q2 (Q2 adalah nilai minimum dari average variabel cost / AVC). Hal ini terjadi karena ATC = AFC + AVC. Karena AFC makin lama makin kecil, dengan demikian AVC makin lama mendekati ATC pada saat output naik.
c.       Hubungan antara biaya jangka pendek dan produksi
Tabel Hubungan antara Biaya dan Produksi
(asumsi : wage / upah = 100)



T.K
Output (Q)
AP
MP
TVC
AVC
MC
3
32
10.67
-
300
9.38
-
4
40
10
8
400
10.00
12.5

Berdasarkan asumsi bahwa gaji T.K adalah 100 untuk 3 TK, TVC = 3*100 = 300, untuk produksi 40 output (dengan menggunakan 4 TK), TVC = 4*100 = 400. Dengan demikian, AVC untuk output (Q) = 40 adalah TVC / Q = 400 / 40 = 10. Karena AVC = TVC / Q = (L*W) / (L*AP) = (4*100) / (4*10) = 100 / 10 = W / AP, maka AVC = W / AP.
Untuk AVC, pada saat AP naik (dengan asumsi W konstan), AVC akan turun. Pada saat AP turun, AVC akan naik. Karena AP mula-mula naik, mencapai maksimum, kemudian turun, maka AVC mula-mula turun, mencapai minimum, kemudian naik. Jadi, karena AP bentuknya  maka AVC bentuknya .
3.           Konsep biaya jangka panjang
Yang dimaksud dengan jangka panjang (long - run) adalah keadaan dimana semua input adalah variabel. Jadi, salah satu keputusan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan atau manajer adalah skala perusahaan, jadi seberapa besar perusahaannya.
a.    Dari fungsi produksi menjadi grafik biaya
Asumsi dasar disini adalah:
·         Jumlah penggunaan input tidak akan mempengaruhi harga input yang harus dibayar (harga input konstan).
·         Manajer dapat mencari “expansion path” karena fungsi produksi untuk masing-masing level output dapat dicari.
Tabel Biaya Jangka Panjang (Long – run Cost)
Di mana TK @ 5 dan Kapital @ 10
Output (Q)
Least – cost Usage

Total Cost
Average Cost
Marginal Cost
TK
Kapital
100
10
7
120
120
1.20
200
12
8
140
0.70
0.20
300
20
10
200
0.67
0.60
400
30
15
300
0.75
1.00
500
40
22
420
0.84
1.20
600
52
30
560
0.93
1.40
700
60
42
720
1.03
1.60

Kolom 1 adalah output, kolom 2 dan 3 adalah kombinasi optimal dari kapital dan tenaga kerja per unit output pada harga input yang given (tertentu). Kombinasi ini memberi 7 titik pada expansion path.  Kolom 4 adalah total cost pe unit. Grafik Total Biaya Jangka Panjang atau Long – run Total Cost (LRTC) adalah sebagai berikut:

Kurva LRTC ini di-derive dari expansion path O P’ B’ R’ S’. Setiap titik pada LRTC di-derive dengan cara yang sama. Sudah tentu dalam jangka panjang perusahaan bisa saja menggunakan berbagai jumlah dan kombinasi input untuk produksi output.
Total jangka panjang atau long – run total cost (LRTC) adalah least cost (biaya minmum), dimana masing-masing tingkat output dapat dihasilkan melalui berbagai kombinasi jumlah input dengan biaya minimum.
b.        Aberage cost dan marginal cost jangka panjang
Average cost jangka panjang atau long – run average cost (LRAC) = long – run total cost dibagi dengan output (Q), atau long – run marginal cost (LRMC) = LRTC / Q.
c.         Economies dan diseconomies of scale
Dengan asumsi harga input konstan, adanya increasing returns to scale mengakibatkan kurva average cost (AC) turun. Hal ini disebut economies of scale. Sebaliknya, decreasing returns to scale mengakibatkan kurva average cost (AC) naik. Hal ini disebut diseconomies of scale.
Contohnya, pada increasing return to scale. Bila input naik 2 kali, output akan naik lebih besar dari 2 kali (misalnya 4 kali). Jadi, dengan kenaikan total biaya (TC) sebesar 2 kali, output (Q) akan naik 4 kali (asumsinya harga input tetap). Akibatnya average cost (AC) turun atau TC / Q turun.
Bila ada decreasing returns to scale, kenaikan input sebesar 2 kali akan mengakibatkan kenaikan output lebih kecil dari 2 kali (misalnya 1 kali). Jadi dengan kenaikan total biaya (TC) sebesar 2 kali, output (Q) hanya naik 1 kali. Akibatnya average cost (AC) akan naik atau TC / Q naik.
Pada prinsipnya, increasing returns to scale mengakibatkan eonomies of scale dimana long – run average cost (LARC) turun. Jadi, sesudah mengoptimalkan penggunaan input, biaya produksi turun, meskipun perusahaan meningkatkan output.
4.           Hubungan antara jangka pendek dan jangka panjang
Menurut Adiwarman A Karim dalam analisis biaya, faktor penggunaan modal sangat menjadi perhatian, karena dalam kenyataan  ada beberapa sumber modal yang digunakan produsen, sedangkan karakter dari biaya modal sangat tergantung dari sumber penggunaan modal tersebut[6]. Contohnya  penggunaan sumber modal yang berbasis bunga tentunya berbeda dengan sumber modal yang berbasis syirkah.

Menurut Adiwarman A Karim komponen biaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu biaya tetap (fixed cost, FC), biaya variabel (variable cost, VC), dan biaya keseluruhan (total cost, TC). Sedangkan komponen penerimaan merupakan penerimaan keseluruhan (total revenue, TR)[7]. Analisis yang paling fundamental untuk menerangkan analisis biaya adalah adanya fungsi hubungan antara biaya produksi dan tingkat output yang akan dicapai dalam satu periode. Dengan kata lain, fungsi biaya akan dipengaruhi oleh berapa besar output yang diproduksi.

Sedangkan bila kita bandingkan formula di atas dengan fungsi output,
Maka dapat dikatakan bahwa fungsi biaya tidak lain adalah turunan dari fungsi output produksi. Fixed cost besarnya tidak dipengaruhi oleh berapa banyak output atau produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, kurva FC digambarkan sebagai garis horizontal: berapapun output yang dihasilkan, biayanya tetap. Sedangkan nilai variabel cost akan semakin meningkat setiap kali ada penambahan input.
Dengan demikian kurva AC berlereng positif ke kanan. Sedangkan total cost adalah penambahan antara AC dan FC. Variable cost besarnya ditentukan langsung oleh berapa banyak output yang dihasilkan. Misal untuk 1 kg beras yang dihasilkan diperlukan biaya Rp 1000,00. Berarti untuk memproduksi 2 kg beras, biayanya Rp 2000,00, dan seterusnya.



Menurut David C. Colander dalam bukunya yang berjudul Microeconomies menggunakan analisis biaya dalam dunia nyata yaitu :
Terlalu sering mahasiswa berjalan dan belajar ekonomi pengantar berpikir bahwa analisis biaya adalah topik yang relatif mudah. Menghafal nama-nama, bentuk, dan hubungan dari kurva, dan anda bebas. Dalam model buku teks, itu benar. Dalam kehidupan nyata itu tidak, karena proses produksi aktual ditandai dengan economies of scope, belajar dengan melakukan dan perubahan teknologi, banyak dimensi, tidak terukur, biaya, biaya bersama, biaya terpisahkan, ragu-ragu, asimetri, dan beberapa perencanaan dan penyesuaian banyak dengan periode berbeda yang berjalan singkat. Dan ini adalah daftar singkat.
 Dari pernyataan David tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar ekonomi dalam topik dan kehidupan nyata itu berbeda. Dalam topik kita membahas, menghafal nama-nama, bentuk, dan hubungan dengan kurva. Sedangkan dalam kehidupan nyata itu berbeda, karena dalam kehidupan nyata itu melalui banyak proses, perencanaan, dan penyesuaian[8].
B.     Meminimalkan Biaya untuk Memproduksi dalam Jumlah yang Sama
Menurut Adiwarman A Karim untuk membandingkan hal ini, kita menggunakan kurva total cost yang membandingkan antara total cost sistem bunga dengan total cost sistem bagi hasil[9]. Secara grafis, total cost sistem bagi hasil digambarkan dengan TC pada gambar di bawah ini. Sedangkan total cost sistem bunga digambarkan dengan TCi. Dan dalam produksi hendaknya dilakukan secara adil tanpa merugikan pihak lain,  seperti firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 1:
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qèù÷rr& ÏŠqà)ãèø9$$Î/ 4 ...  
 Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu...[10]
Ambilah titik mana saja pada sumbu X sebagai titik yang menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q yang sama). Kemudian tariklah garis vertikal sampai memotong TC dan TCi. Untuk masing-masing perpotongan antara garis vertikal dengan TCi dan TCrs/ps, tariklah garis horisontal ke sumbu Y. Ternyata untuk tingkat produksi yang sama (Q yang sama), total biaya bagi hasil TCrs/ps selalu lebih kecil dibandingkan total biaya dengan sistem bunga (TCi). Jadi menurut kriteria ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan dengan sistem bunga.
C.    Memaksimalkan Produksi tanpa Kenaikan atau Perubahan Biaya
            Menurut Robert H. Franks dan Ben S. Bernanke meskipun beragam motif, sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan untuk dijual dalam ekonomi pasar yang dijual oleh perusahaan swasta yang alasan utama adalah untuk yang ada adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi pemiliknya. Keuntungan perusahaan adalah perbedaan antara total pendapatan yang diterima dari save produk dan semua biaya itu menimbulkan dalam memproduksi itu.[11]
 .Menurut Adiwarman A Karim untuk melihat ini, kita gunakan kurva total cost yang membandingkan antara total cost sistem bunga  dengan total cost sistem bagi hasil.[12] Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, total cost sistem bunga akan lebih tinggi daripada total cost sistem bagi hasil. Secara grafis, total cost sistem bagi hasil digambarkan dengan TC. Sedangkan total cost sistem bunga digambarkan dengan TCi.
Ambilah titik pada sumbu Y sebagai titik yang menggambarkan total biaya yang sama (TC yang sama), tentunya ambil titik yang diatas garis FCi. Kemudian tarik garis horizontal sampai memotong TC dan TCi. Untuk masing-masing perpotongan antara garis horizontal dengan TC dan TCi, tariklah garis vertikal ke bawah ke sumbu X. Ternyata total cost yang sama, jumlah produksi bagi hasil (Q) selaulu lebih besra dibandingkan jumlah produksi dengan sistem bunga (Qi). Jadi menurut kriteria ini, produksi sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan sistem bunga.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan :
1.      analisis biaya adalah suatu teknik yang digunakan untuk membandingkan berbagai biaya yang terkait dengan investasi dan manfaat yang ingin di dapatkan.
2.      Meminimalkan biaya untuk memproduksi dalam jumlah yang sama jadi menurut kriteria ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan dengan sistem bunga.
3.      Memaksimalkan produksi tanpa kenaikan atau perubahan biaya Jadi menurut kriteria ini, produksi sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan sistem bunga.
B.     Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini. Harapan kami dengan adanya makalah ini bisa menjadikan kita untuk lebih memahami tentang Teori Biaya Islam. Serta dengan harapan semoga dapat difahami dan bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan, mengingat makalah masih jauh dari kesempurnaan.




[1] Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesi, 1995), hal 187
[2] Soeharno, Ekonomi Manajerial, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2007), hal. 145
[3] Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta : Rajawali Pers 2009), hal. 208
[4] Yoopi Abimanyu, Ekonomi Manajerial, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), hal 65
[5] Ibid, hal. 65
[6]Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers,  2015), hal 138
[7] Ibid, hal 138
                [8] David C Colander, Microeconomics, (New York: MC Grow Hill, 2004), hal 228
   [9] Ibid, hal 145
                [10] Al-Qur’an, 5 (Al-Maidah): 1
                [11] Robert H. Franks dan Ben S. Bernanke, Principles of Micro Economics, (New York: MC Grow Hill, 2004), hal 145
   [12] Ibid, hal. 146

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. permisi, bolehkah saya minta file makalah ini. karena gambar kurva tidak muncul. email : fathinafifah.fa@gmail.com makasih banyak.

    BalasHapus