BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Teori
biaya merupakan kumpulan dari penalaran, gagasan, dan penjelasan lain yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan
perilaku biaya. Pertama, fokus pembahasannya adalah beban yang harus
ditanggung. Kedua, perilakunnya hampir sama. Jadi apabila biaya produksi kita
gunakan disini sering kali dimaksudkan juga untuk mencakup biaya pemasaran.
Selanjutnya teori biaya biasanya disusun atas dasar anggapan bahwa biaya
penyediaan barang bagi konsumen sebagian besar adalah biaya produksi. Apabila
biaya pemasaran dibedakan dari biaya produksi dan dibahas secara terpisah,
tidah akan merusak pola penalaran yang telah kita letakkan. Maka pada
kesempatan kali ini pemakalah akan membahas tentang “Teori Biaya Islam”
yang bertujuan untuk memahami tentang teori-teori biaya yang berdasarkan
syariat Islam.
B.Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan analisis biaya?
2.
Bagaimana cara
meminimalisasikan biaya untuk memproduksi jumlah yang sama?
3.
Bagaimana cara
memaksimalkan produksi tanpa kenaikkan atau perubahan biaya?
C.
Tujuan
1.
Untuk memahami
tentang analisis biaya
2.
Untuk mengtahui
cara meminimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama
3.
Untuk mengetahui
cara memaksimalkan produksi tanpa kenaikan atau perubahan biaya
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Analisis Biaya
Menurut
Sudarsono biaya dalam pengertian ekonomi mempunyai pengertian ekonomi adalah
semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar siap dipakai
konsumen[1].
Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis biaya adalah
suatu teknik yang digunakan untuk membandingkan berbagai biaya yang terkait
dengan investasi dan manfaat yang ingin di dapatkan.
Menurut Soeharno
yang dimaksud biaya produksi yaitu semua pengeluaran yang digunakan dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa[2]. Menurut Sadono Sukirno, yang dimaksud dengan
biaya produksi yaitu semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan
untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut[3].
Menurut Yoopi
Abimanyu teori biaya merupakan fundamental atau framework dari teori supply
karena teori biaya menentukan apakah suatu perusahaan akan berproduksi atau
tidak dan berapa produksinya[4].
Menurutnya analisis teori biaya dibagi menjadi empat bagian[5],
yaitu sebagai berikut:
1.
Konsep dasar
a.
Biaya fixed dan biaya variable
Dalam jangka pendek, ada input-input yang fixed.
Karena input-input ini harus dibayar tanpa memperdulikan jumlah output,
pembayarannya konstan. Biayanya disebut fixed cost. Contohnya angsuran hutan
bulanan. Dalam jangka panjang, semua
input menjadi variabel. Biayanya disebut variabel cost. Bila output naik, input
juga naik. Jadi, bila output naik, biaya variabel naik. Contohnya adalah tenaga
kerja, sumber daya, atau modal.
b.
Biaya eksplisit
dan biaya implisit
Biaya
implist adalah jumlah yang sebenarnya bisa diterima akibat alternatif
penggunaan dari waktunya sang pemilik / manajer dan dari sumber daya. Biaya
mplisit harus ditambahkan kebiaya eksplisit untuk mendapatkan biaya total
(total cost). Sedangkan biaya eksplisit, yaitu biaya untuk membayar tenaga
kerja, modal, dan lain-lain.
2.
Konsep biaya
jangka pendek
a.
Total
cost jangka pendek

Kurva diatas menunjukkan kurva total cost dalam jangka pendek untuk setiap unt output dengan
beberapa input yang fixed. Bila output nol, total fixed cost adalah F. Ini
adalah jumlah biaya fixed input yang harus dibayar berapa pun tingkat output.
Total variabel cost adalah short
– run total cost dikurangi total fixed cost.
b.
Average
cost
dan marginal cost jangka pendek
Average Fixed Cost (AFC) = 

Karena Total
Fixed Cost (TFC) konstan
sedangkan output (Q) terus naik, maka mula-mula nilai average fixed cost (AFC) tinggi, tapi lama kelamaan makin menurun.
Bila output (Q) angat tinggi, maka nilai average
fixed cost (AFC) bisa sama-sama dengan nol.
Average Variable Cost (AVC) = 

![]() |
Average Total Cost (ATC) =
= AFC + AVC

Average total cost mencapai minimum pada saat
output mencapai Q3, dimana Q3 lebih besar dari Q2 (Q2
adalah nilai minimum dari average variabel cost / AVC). Hal ini terjadi karena
ATC = AFC + AVC. Karena AFC makin lama makin kecil, dengan demikian AVC makin
lama mendekati ATC pada saat output naik.
c.
Hubungan antara
biaya jangka pendek dan produksi
Tabel
Hubungan antara Biaya dan Produksi
(asumsi
: wage / upah = 100)
T.K
|
Output (Q)
|
AP
|
MP
|
TVC
|
AVC
|
MC
|
3
|
32
|
10.67
|
-
|
300
|
9.38
|
-
|
4
|
40
|
10
|
8
|
400
|
10.00
|
12.5
|
Berdasarkan
asumsi bahwa gaji T.K adalah 100 untuk 3 TK, TVC = 3*100 = 300, untuk produksi
40 output (dengan menggunakan 4 TK), TVC = 4*100 = 400. Dengan demikian, AVC
untuk output (Q) = 40 adalah TVC / Q = 400 / 40 = 10. Karena AVC = TVC / Q =
(L*W) / (L*AP) = (4*100) / (4*10) = 100 / 10 = W / AP, maka AVC = W / AP.
Untuk
AVC, pada saat AP naik (dengan asumsi W konstan), AVC akan turun. Pada saat AP
turun, AVC akan naik. Karena AP mula-mula naik, mencapai maksimum, kemudian
turun, maka AVC mula-mula turun, mencapai minimum, kemudian naik. Jadi, karena
AP bentuknya
maka AVC bentuknya
.


3.
Konsep biaya
jangka panjang
Yang dimaksud
dengan jangka panjang (long - run) adalah keadaan dimana semua input adalah
variabel. Jadi, salah satu keputusan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan
atau manajer adalah skala perusahaan, jadi seberapa besar perusahaannya.
a. Dari
fungsi produksi menjadi grafik biaya
Asumsi
dasar disini adalah:
·
Jumlah
penggunaan input tidak akan mempengaruhi harga input yang harus dibayar (harga
input konstan).
·
Manajer dapat
mencari “expansion path” karena fungsi produksi untuk masing-masing
level output dapat dicari.
Tabel
Biaya Jangka Panjang (Long – run Cost)
Di
mana TK @ 5 dan Kapital @ 10
Output (Q)
|
Least – cost
Usage
|
Total Cost
|
Average Cost
|
Marginal Cost
|
|
TK
|
Kapital
|
||||
100
|
10
|
7
|
120
|
120
|
1.20
|
200
|
12
|
8
|
140
|
0.70
|
0.20
|
300
|
20
|
10
|
200
|
0.67
|
0.60
|
400
|
30
|
15
|
300
|
0.75
|
1.00
|
500
|
40
|
22
|
420
|
0.84
|
1.20
|
600
|
52
|
30
|
560
|
0.93
|
1.40
|
700
|
60
|
42
|
720
|
1.03
|
1.60
|
Kolom
1 adalah output, kolom 2 dan 3 adalah kombinasi optimal dari kapital dan tenaga
kerja per unit output pada harga input yang given (tertentu). Kombinasi ini
memberi 7 titik pada expansion path.
Kolom 4 adalah total cost pe unit. Grafik Total Biaya Jangka Panjang
atau Long – run Total Cost (LRTC) adalah sebagai berikut:
![]() |
Kurva
LRTC ini di-derive dari expansion path O P’ B’ R’ S’. Setiap titik pada LRTC
di-derive dengan cara yang sama. Sudah tentu dalam jangka panjang perusahaan
bisa saja menggunakan berbagai jumlah dan kombinasi input untuk produksi
output.
Total
jangka panjang atau long – run total cost (LRTC) adalah least cost (biaya
minmum), dimana masing-masing tingkat output dapat dihasilkan melalui berbagai
kombinasi jumlah input dengan biaya minimum.
b.
Aberage
cost dan marginal
cost jangka panjang
Average
cost jangka panjang atau long – run average cost (LRAC) = long
– run total cost dibagi dengan
output (Q), atau long – run marginal cost (LRMC) =
LRTC /
Q.


c.
Economies
dan
diseconomies of scale
Dengan asumsi harga input konstan, adanya
increasing returns to scale mengakibatkan kurva average cost (AC) turun. Hal
ini disebut economies of scale. Sebaliknya, decreasing returns to scale
mengakibatkan kurva average cost (AC) naik. Hal ini disebut diseconomies of
scale.
Contohnya, pada increasing return to scale. Bila
input naik 2 kali, output akan naik lebih besar dari 2 kali (misalnya 4 kali).
Jadi, dengan kenaikan total biaya (TC) sebesar 2 kali, output (Q) akan naik 4
kali (asumsinya harga input tetap). Akibatnya average cost (AC) turun atau TC /
Q turun.
Bila ada decreasing returns to scale, kenaikan
input sebesar 2 kali akan mengakibatkan kenaikan output lebih kecil dari 2 kali
(misalnya 1 kali). Jadi dengan kenaikan total biaya (TC) sebesar 2 kali, output
(Q) hanya naik 1 kali. Akibatnya average cost (AC) akan naik atau TC / Q naik.
Pada prinsipnya, increasing returns to scale
mengakibatkan eonomies of scale dimana long – run average cost (LARC) turun.
Jadi, sesudah mengoptimalkan penggunaan input, biaya produksi turun, meskipun
perusahaan meningkatkan output.
4.
Hubungan antara
jangka pendek dan jangka panjang
Menurut
Adiwarman A Karim dalam analisis biaya, faktor penggunaan modal sangat menjadi
perhatian, karena dalam kenyataan ada
beberapa sumber modal yang digunakan produsen, sedangkan karakter dari biaya
modal sangat tergantung dari sumber penggunaan modal tersebut[6].
Contohnya penggunaan sumber modal yang
berbasis bunga tentunya berbeda dengan sumber modal yang berbasis syirkah.
![]() |
Menurut Adiwarman A Karim komponen biaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu biaya tetap (fixed cost, FC), biaya variabel (variable cost, VC), dan biaya keseluruhan (total cost, TC). Sedangkan komponen penerimaan merupakan penerimaan keseluruhan (total revenue, TR)[7]. Analisis yang paling fundamental untuk menerangkan analisis biaya adalah adanya fungsi hubungan antara biaya produksi dan tingkat output yang akan dicapai dalam satu periode. Dengan kata lain, fungsi biaya akan dipengaruhi oleh berapa besar output yang diproduksi.
![]() |
Sedangkan bila kita bandingkan formula di atas dengan fungsi output,
Maka dapat
dikatakan bahwa fungsi biaya tidak lain adalah turunan dari fungsi output
produksi. Fixed cost besarnya tidak dipengaruhi oleh berapa banyak output atau
produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, kurva FC digambarkan sebagai garis
horizontal: berapapun output yang dihasilkan, biayanya tetap. Sedangkan nilai
variabel cost akan semakin meningkat setiap kali ada penambahan input.
Dengan demikian
kurva AC berlereng positif ke kanan. Sedangkan total cost adalah penambahan
antara AC dan FC. Variable cost besarnya ditentukan langsung oleh berapa banyak
output yang dihasilkan. Misal untuk 1 kg beras yang dihasilkan diperlukan biaya
Rp 1000,00. Berarti untuk memproduksi 2 kg beras, biayanya Rp 2000,00, dan
seterusnya.

Menurut David C. Colander dalam bukunya yang berjudul Microeconomies
menggunakan analisis biaya dalam dunia nyata yaitu :
Terlalu
sering mahasiswa berjalan dan belajar ekonomi pengantar berpikir bahwa
analisis biaya adalah topik yang relatif mudah. Menghafal nama-nama, bentuk,
dan hubungan dari kurva, dan anda bebas. Dalam model buku teks, itu benar.
Dalam kehidupan nyata itu tidak, karena proses produksi aktual ditandai dengan
economies of scope, belajar dengan melakukan dan perubahan teknologi, banyak
dimensi, tidak terukur, biaya, biaya bersama, biaya terpisahkan, ragu-ragu,
asimetri, dan beberapa perencanaan dan penyesuaian banyak dengan periode berbeda yang berjalan singkat. Dan ini adalah
daftar singkat.
Dari pernyataan
David tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar ekonomi dalam topik dan
kehidupan nyata itu berbeda. Dalam topik kita membahas, menghafal nama-nama,
bentuk, dan hubungan dengan kurva. Sedangkan dalam kehidupan nyata itu berbeda,
karena dalam kehidupan nyata itu melalui banyak proses, perencanaan, dan
penyesuaian[8].
B. Meminimalkan
Biaya untuk Memproduksi dalam Jumlah yang Sama
Menurut Adiwarman A Karim untuk membandingkan hal
ini, kita menggunakan kurva total cost yang membandingkan antara total cost
sistem bunga dengan total cost sistem bagi hasil[9]. Secara
grafis, total cost sistem bagi hasil digambarkan dengan TC pada gambar di bawah
ini. Sedangkan total cost sistem bunga digambarkan dengan TCi. Dan dalam produksi hendaknya
dilakukan secara adil tanpa merugikan pihak lain, seperti
firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 1:
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qèù÷rr& Ïqà)ãèø9$$Î/ 4 ...
Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah aqad-aqad itu...[10]
Ambilah titik mana saja pada sumbu X sebagai titik
yang menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q yang sama). Kemudian tariklah
garis vertikal sampai memotong TC dan TCi. Untuk masing-masing perpotongan
antara garis vertikal dengan TCi dan TCrs/ps, tariklah garis
horisontal ke sumbu Y. Ternyata untuk tingkat produksi yang sama (Q yang sama),
total biaya bagi hasil TCrs/ps selalu lebih kecil dibandingkan total
biaya dengan sistem bunga (TCi). Jadi menurut kriteria ini, produksi
dengan sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan dengan sistem bunga.
C.
Memaksimalkan
Produksi tanpa Kenaikan atau Perubahan Biaya

Menurut Robert H. Franks dan Ben S. Bernanke
meskipun beragam motif, sebagian besar
barang dan jasa yang ditawarkan untuk dijual dalam ekonomi pasar yang dijual
oleh perusahaan swasta yang alasan utama adalah untuk yang ada adalah untuk mendapatkan keuntungan
bagi pemiliknya. Keuntungan perusahaan adalah perbedaan antara total pendapatan
yang diterima dari save produk dan semua biaya itu menimbulkan dalam memproduksi
itu.[11]
.Menurut Adiwarman A Karim untuk melihat ini, kita gunakan kurva total
cost yang membandingkan antara total cost sistem bunga dengan total cost sistem bagi hasil.[12]
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, total cost sistem bunga akan lebih
tinggi daripada total cost sistem bagi hasil. Secara grafis, total cost sistem
bagi hasil digambarkan dengan TC. Sedangkan total cost sistem bunga digambarkan
dengan TCi.
Ambilah titik pada sumbu Y sebagai titik yang
menggambarkan total biaya yang sama (TC yang sama), tentunya ambil titik yang
diatas garis FCi. Kemudian tarik garis horizontal sampai memotong TC dan TCi.
Untuk masing-masing perpotongan antara garis horizontal dengan TC dan TCi,
tariklah garis vertikal ke bawah ke sumbu X. Ternyata total cost yang sama,
jumlah produksi bagi hasil (Q) selaulu lebih besra dibandingkan jumlah produksi
dengan sistem bunga (Qi). Jadi menurut kriteria ini, produksi sistem
bagi hasil lebih efisien dibandingkan sistem bunga.

BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pemaparan di atas maka dapat disimpulkan :
1. analisis
biaya adalah suatu teknik yang digunakan untuk membandingkan berbagai biaya
yang terkait dengan investasi dan manfaat yang ingin di dapatkan.
2.
Meminimalkan biaya untuk memproduksi dalam jumlah yang sama jadi
menurut kriteria ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efisien
dibandingkan dengan sistem bunga.
3. Memaksimalkan produksi tanpa kenaikan atau perubahan
biaya
Jadi menurut kriteria ini, produksi sistem bagi hasil lebih efisien
dibandingkan sistem bunga.
B. Saran
Demikianlah
tugas penyusunan makalah ini. Harapan kami dengan adanya makalah ini bisa
menjadikan kita untuk lebih memahami tentang Teori Biaya Islam. Serta dengan harapan semoga dapat difahami dan
bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan, mengingat
makalah masih jauh dari kesempurnaan.
[1] Sudarsono, Pengantar Ekonomi
Mikro, (Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesi, 1995), hal 187
[2] Soeharno, Ekonomi Manajerial,
(Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2007), hal. 145
[3] Sadono Sukirno, Makro
Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta : Rajawali Pers 2009), hal. 208
[4] Yoopi Abimanyu, Ekonomi Manajerial, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2004), hal 65
[5] Ibid, hal. 65
[6]Adiwarman A Karim, Ekonomi
Mikro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers,
2015), hal 138
[7] Ibid, hal 138
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuspermisi, bolehkah saya minta file makalah ini. karena gambar kurva tidak muncul. email : fathinafifah.fa@gmail.com makasih banyak.
BalasHapus